Angka Stunting di Kabupaten Bogor Terus Menurun

Ilustrasi angka stunting terus menurun. IST

CIBINONG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, terus berupaya menekan angka stunting atau gagal tumbuh anak. Tahun ini, pemkab menargetkan jumlah stunting turun hingga 10 persen dari 850 ribu balita yang menderita stunting.

Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan mengatakan, upaya Pemkab Bogor untuk menekan stunting terus terlihat. Dari tahun 2019 sebanyak 32,9 persen, turun menjadi hanya 12,69 persen dari 850 ribu balita pada 2021.

Menurutnya, target menekan angka stunting tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah yang telah berkomitmen untuk mencapai Bogor Bebas Stunting (Gobest). Salah satunya mampu menghindari persoalan yang dapat mempengaruhi anak lahir stunting.

“Kunci utama kan pengetahuan masyarakat dan keluarga akan bahaya stunting. Jadi keluarga itu pihak utama yang harus mampu mengindari secara dini persoalan stunting,” kata Iwan, Rabu (20/4/2022).

Selama ini, Pemkab Bogor mengandalkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) agar mengerahkan kadernya dalam mengedukasi keluarga tentang bahaya stunting.

“TP-PKK juga memetakan masalah stunting di daerah masing-masing hingga memperoleh data akurat serta menemukan solusi yang tepat demi mencapau zero stunting di Kabupaten Bogor,” tegas Iwan.

Sementara, Bupati Ade Yasin sebelumnya mengatakan, progres signifikan dalam menekan stunting itu, menjadikan Kabupaten Bogor sebagai tuan rumah peluncuran program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) yang diprakarsai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Menurut Ade Yasin, stunting lebih banyak disebabkan kekurangan gizi pada anak, sehingga menghambat pertumbuhan.

Maka, dengan program Dahsat ini akan membantu membentuk kampung berkualitas dengan tujuan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya gizi sejak mengandung hingga memiliki balita.

“Seperti edukasi ibu hamil dan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif selama dua tahun, ada juga sharing ilmu tentang perbaikan gizi jika memang memiliki balita stunting atau gizi buruk,” jelasnya.

Sementara Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menjelaskan, stunting masih menjadi perhatian serius untuk dientaskan di Indonesia. Sebab, Indonesia menduduki urutan 108 dari 132 negara dengan stunting tertinggi secara internasional.

“Dari tahun ke tahun angka stunting kita terus memantik. Terakhir sudah 27,76 persen dan akan kita tekan hingga 14 persen hingga 2024, sesuai arahan presiden. Maka ini perlu peran serta dari seluruh kota dan kabupaten,” kata Hasto. =MAM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.