Parameter Harga Lukisan Pesanan

    Guruh Ramdani. IST

    Oleh: Guruh Ramdani
    Pelukis dan Dosen Prodi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

    Lukisan merupakan salah satu benda yang harganya tidak standar. Jika kita lihat di berita, ada lukisan yang harganya sangat fantastis berada di angka milyaran atau trilyunan, namun ada juga yang hanya ratusan ribu, atau bahkan cuma puluhan ribu rupiah saja.

    Maka banyak pelukis – terutama yang masih pemula – kebingungan dalam menentukan dasar pemberian harga, terutama untuk harga lukisan pesanan (order). Lantas apakah lukisan – termasuk lukisan pesanan – bisa diberi standar harga? Jawabnya bisa, namun standar harga satu pelukis bisa berbeda dengan pelukis yang lain. Yang penting diperhatikan adalah parameter pemberian harganya. Berikut adalah parameter yang bisa dipergunakan dalam pemberian harga lukisan pesanan.

    Pertama adalah kualitas karya. Seorang seniman yang membuka jasa lukisan pesanan wajib menguasai berbagai teknik melukis secara maksimal, terutama teknis melukis realistis, karena mayoritas orang yang memesan lukisan “ingin dilukis semirip-miripnya secara indah.” Penguasaan teknis di sini menyangkut (1) ilmu melukisnya itu sendiri, dan (2) pengetahuan serta penggunaan alat dan bahannya. Kuasai teknik semua alat dan bahan untuk melukis, jangan hanya terpaku akan satu alat saja. Semakin luas teknik yang dikuasai akan semakin besar peluang pasarnya. Karena biasanya konsumen suka meminta dilukis dengan alat dan bahan tertentu.

    Kedua adalah kualitas serta harga alat dan bahan yang dipergunakan. Alat dan bahan untuk melukis tidaklah murah, maka harus menjadi indikator tersendiri dalam memberikan biaya. Apakah menggunakan pensil atau cat di atas kertas atau kanvas. Kualitas alat dan bahan pun harus menjadi pertimbangan, karena melukis menggunakan alat dan bahan yang berkualitas akan membuat lukisannya secara visual terlihat lebih keluar potensi warnanya. Penggunaan alat dan bahan yang berbeda pun akan menentukan lamanya waktu pengerjaan.

    Pigura pun termasuk ke dalam kategori ini dan harus diperhitungkan biayanya secara serius, karena ada pigura yang biasa saja dan ada pigura yang mewah. Tentu harganya pun berbeda.

    Ketiga adalah jumlah kepala orang yang akan dilukis. Hal ini sudah jadi pengetahuan umum di kalangan pelukis potret wajah, karena yang menjadi titik sentral jualannya adalah kemiripan wajahnya dan membutuhkan waktu serta konsentrasi yang tinggi untuk menggarapnya.

    Namun sebaiknya jumlah kepala ini harus dibedakan antara satu orang dengan beberapa orang, jika misalkan satu orang nilai jualnya adalah 600 ribu, maka harus dibagi menjadi dua indikator, yang tiga ratus ribu adalah cat, kanvas, dan kwas yang akan aus; dan yang tiga 300 ribu berikutnya adalah nilai pekerjaan atau jasanya. Sehingga jika harus mengerjakan sebanyak tiga orang, nilai lukisannya adalah 600 ribu ditambah 300 ribu dikali dua orang (tambahan), atau 1,2 juta rupiah.

    Keempat adalah ukuran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Ukuran akan menentukan lamanya waktu pengerjaan, serta banyaknya alat dan bahan yang dipergunakan. Untuk tingkat kesulitan pengerjaan, apakah pakaiannya polos atau bermotif rumit (seperti batik)? Apakah background harus digambar secara utuh atau boleh dibuat polos? Kalau memang rumit, baiknya dikenakan saja biaya tambahan.

    Kelima adalah pengiriman dan packaging (pengemasan). Seperti yang diketahui bahwa pihak jasa pengiriman paket akan menghitung biaya berdasarkan panjang kali lebar kali berat. Apabila si pemesan ingin dipigura sendiri sebaiknya lukisannya dikirim dengan cara digulung pakai paralon supaya ringan dan murah biaya pengirimannya. Ada pelukis yang tidak membebankan biaya pengiriman apabila masih dalam jarak yang dekat, namun apabila harus ke luar pulau apalagi ke luar negeri, suka tidak suka harus ditanyakan dulu biayanya kepada pihak jasa pengiriman.

    Apabila menggunakan pigura, apalagi jika menggunakan kaca, maka ukuran lukisan pun akan menjadi lebih besar dari ukuran aslinya, karena jika pinggirannya saja 10 cm, maka lukisan yang berukuran 30 X 40 cm saja akan menjadi 50 X 50 cm, belum lagi beratnya. Jika menggunakan kaca maka harus di-packing kayu, dampaknya tentunya akan bertambah berat lagi. Maka bisa dipastikan akan terjadi pembengkakan biaya, dan akan membuat kita terkejut dengan jumlahnya kalau tidak diantisipasi dari awal.

    Keenam adalah lamanya waktu pengerjaan. Sebaiknya untuk soal ini dihitung berdasarkan jumlah jam, bukan hari, karena bisa saja ada hari yang kosong, dan kita pun harus beristirahat atau mengerjakan pekerjaan lain. Atau bisa saja secara teknis jumlah harinya satu bulan, namun jumlah pengerjaannya adalah 60 jam. Maka jika seandainya seorang buruh bangunan dibayar 120 ribu per delapan jam kerja, tentunya kita bisa menghitung kapasitas kita, apakah mau dihargai lebih atau kurang dari itu.

    Kalau selama delapan jam saya dibayar mengajar sekian rupiah, maka saya bagi delapan, dan (kalau saya pribadi) saya naikan menjadi 150 persen dari bayaran yang biasa saya terima tersebut. Karena bagi saya hal tersebut hitungannya adalah lembur.

    Sampai poin di atas harus dibicarakan atau ditanyakan di muka dengan pihak pemesan secara terbuka sebelum menentukan biayanya. Jangan tergesa-gesa menentukan harga sebelum dihitung dengan cermat. Lihat dulu fotonya sebelum dilukis, karena dari sana akan bisa ditebak tingkat kesulitannya.

    Minimal kita bisa menghitungnya dalam kisaran satu atau dua jam. Jangan sampai kita merasa nilai pekerjaannya besar tapi setelah selesai dan dihitung ulang, malah banyak kerja baktinya.
    Ketujuh, lingkup pergaulan (relasi) dan citra yang ditampilkan. Dalam ilmu pemasaran, dinyatakan bahwa jika barang yang sama (misalnya minuman kemasan) jika dijual di tempat yang berbeda akan berbeda pula nilainya.

    Maka bagi pelajar yang mayoritas lingkup pergaulannya adalah teman sebaya, mungkin jika mendapat order, sudah bisa ditebak uang saku temannya itu berapa, dan nilai apresiasinya pun terukur. Namun bagi mereka yang cenderung sudah berumur, dan temannya sudah banyak yang sukses, apalagi jika orangnya supel, teman dari temannya tersebut juga bisa menjadi pelanggannya.

    Kedelapan adalah nilai inflasi. Berdasarkan ini maka kita secara berkala harus menaikkan harga setiap tahun, entah 5 atau 10%, sehingga tidak terseret perekonomian global. Harus diwaspadai pula kenaikan harga lukisan yang terlalu melonjak, karena bisa jadi dalam waktu sesaat kita mendapat order dengan nilai sangat besar, tapi puasa dalam jangka panjang. Atau harga kita di satu sisi sangat tinggi, namun pada saat lain banting harga, sehingga bisa menimbulkan ketidakpercayaan di mata konsumen yang pernah memesan. Kenaikan harga itu harus, tapi sedikit demi sedikit dan wajar.

    Kesembilan adalah tingkat keterkenalan dan jam terbang si pelukisnya. Untuk membentuk nama ini tidak mudah. Menyangkut soal ini yang harus dilakukan adalah harus konsisten berkarya dan berpameran, ada atau tidak ada order. Memposting karya di medsos secara konsisten pun akan membuka akses serta kepercayaan publik, baik itu masyarakat awam maupun kolektor, menyangkut dedikasi kita. Di sini terjadi hukum pasar menyangkut permintaan dan penawaran. Jika nama kita sudah di atas dan permintaan tinggi, tentunya secara otomatis harga pun akan naik dengan sendirinya.

    Kesepuluh adalah jumlah cadangan devisa (si seniman) dan tingkat kebutuhannya. Artinya adalah, jika cadangan devisa, aset atau tabungan si seniman aman (misalkan si seniman punya tabungan 50 juta rupiah di Bank) maka jadi logis saja jika dia memberikan nilai 5-10 juta untuk satu buah pekerjaannya, karena kira kira sekian bulan ke depan hidup dia aman. Masa dalam satu bulan tidak ada kerjaan sama sekali? Pasti kecil kemungkinannya.

    Atau bisa saja malah dalam satu bulan ada tiga pekerjaan. Maka dari itu sang seniman pun seharusnya secara berkala menabung penghasilannya, dan secara bertahap juga membeli peralatan yang lebih berkualitas.

    Apa yang ditulis di atas bukan ketentuan yang tidak bisa ditawar. Dalam prakteknya tentu tidak bisa dihindari adanya negosiasi. Belum lagi pertimbangan lainnya berdasarkan pengalaman masing-masing. Disarankan, tetaplah berkarya, ada atau tidak ada pesanan, karena hal tersebut akan memancing pekerjaan. Jangan berharap baru berkarya satu atau dua buah, namun ingin mendapatkan harga yang tinggi, dan hanya akan berakhir sebagai mimpi, walau pun karya kita bisa dibilang bagus atau luar biasa. ***

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.