Pohon Pinus Banyak Dipaku di Kawasan Objek Wisata Alam Gunung Pancar Ramai di Medsos, WALHI Jabar Angkat Bicara

Pohon-pohon Pinus di kawasan objek wisata alam Gunung Pancar yang dipenuhi paku. IST

BABAKAN MADANG – Aktivis lingkungan hidup mengecam banyaknya pohon di kawasan wisata alam Gunung Pancar, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor ditancapkan paku untuk hanya mempromosikan bisnis properti dan ornamennya.

Aksi tidak terpuji ini direkam kamera pengunjung dan viral di media sosial.

Manajer Advokasi dan Kampanye, pada Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Haerudin Inas, mengecam pelaku maupun pembiaran kejahatan lingkungan hidup.

“Sikap WALHI tegas, yakni tidak membenarkan segala bentuk perbuatan yang merusak lingkungan hidup, hutan dan habitat,” ujar Haerudin Inas belum lama ini.

WALHI mendesak Kementerian terkait bertindak tegas memberikan sanksi serta memulihkan kerusakan alam yang disebabkan oleh kelalalian pengelola terhadap aktifitas bisnis wisata di kawasan hutan tersebut.

“Kementerian harus turun dan menindak tegas pelaku perusak lingkungan,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan kepada semua pengelola wisata alam lainnya di Jawa Barat yang mengeksploitasi alam supaya konsisten mencegah dan memulihkan semua kerusakan yang ditimbulkan dari aktifitas wisata. Selain itu, pengelola bertanggung jawab terhadap kelestarian alam.

Sementara, Kepala Bidang Humas Jawa Barat, Eri M., menyampaikan pihaknya telah menerjunkan petugas lapangan untuk melakukan pengecekan adanya puluhan pepohonan jenis Pinus yang dipaku.

“Adanya temuan ini, petugas Resort Konservasi Wilayah IV, pemegang izin usaha wisata alam, pihak Kecamatan, pihak Bumdes dan pihak-pihak lainnya telah bekerjasama untuk menertibkan kegiatan-kegiatan dimaksud sejak tahun 2017,” terangnya melalui keterangan tertulis.

Dirinya juga menerangkan bahwa berdasarkan informasi dari petugas lapangan, Paku-paku tersebut dipasang sejak ± 5 – 10 tahun lalu oleh masyarakat setempat dan sebagian besar diperuntukan untuk mendukung aktivitas wisata seperti property foto yang dibangun oleh Masyarakat.

“Ke depannya akan dilakukan evaluasi kelayakan secara berkala terhadap property-property dimaksud dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pengunjung dan kelestarian pepohonan dari tindakan-tindakan yang potensial mengganggu kesehatan pepohonan. Jika memang diperlukan pembinaan, akan dilakukan pembinaan bersama-sama dengan pihak kecamatan dan desa setempat baik terhadap masyarakat setempat,” tandasnya. =YUS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.