Potensi dan Aplikasi Daun Ketapang dalam Budidaya Ikan

Dr. Wida Lesmanawati. IST

Oleh : Dr. Wida Lesmanawati, Dosen Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan, Sekolah Vokasi IPB

Indonesia merupakan negara agraris dengan kekayaan alam yang melimpah, diantaranya berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat (herbal).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, herbal adalah hal-hal yang berkaitan dengan herba, sementara herba merupakan tumbuhan yang daun, bunga atau akarnya dapat digunakan untuk bumbu makanan, obat-obatan atau parfum.

Herba banyak dimanfaatkan tidak hanya untuk manusia, tetapi digunakan juga untuk hewan ternak termasuk ikan. Hal tersebut tidak terlepas dari anggapan masyarakat bahwa herba terbukti efektif juga lebih aman, murah dan ramah terhadap lingkungan dibandingkan dengan obat-obat kimia.

Banyak penelitian terkait penggunaan herba ke ikan yang membuktikan efektifitasnya dalam meningkatkan kesehatan, imunitas tubuh, pertumbuhan, memperbaiki kecernaan, membunuh patogen, dan kegunaan lainnya.

Aplikasi herba oleh pembudidaya ikan juga telah banyak dilakukan, baik pembudidaya ikan hias maupun konsumsi, melingkupi ikan air tawar, payau maupun ikan laut.

Salah satu herba yang sangat familiar di kalangan pembudidaya, khususnya ikan hias adalah ketapang. Herba dengan nama latin Terminalia catappa ini memiliki beberapa nama lokal seperti talisei di Sulawesi Utara, Hatapag di Batak, Katafa di Nias, Tiliho di Maluku Utara atau Kalis di Papua Barat.

Dalam bahas asing, tanaman ini dikenal dengan beberapa nama asing seperti tropical almond, sea almond, beach almond, talisay tree, atau umbrella tree. Pohon ketapang banyak ditemukan di daerah pantai yang merupakan habitat terbaiknya, namun tanaman ini juga mudah beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan.

Pohon ketapang tumbuh rimbun dan berdaun lebar, karenanya banyak ditemukan di pinggir jalan atau di taman-taman sebagai tanaman peneduh.

Pohon ketapang memiliki batang, daun, buah serta bunga, dan semua bagian tumbuhan tersebut bermanfaat. Daun ketapang berbentuk oval melebar, merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan oleh pembudidaya.

Daun ketapang mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, quinon, phenol, terpenoid, tanin dan asam humic. Metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tanaman ini, diketahui dapat memberikan efek farmakologis.

Kandungan zat aktif pada ketapang yang cukup besar adalah tanin yang dapat mudah larut dalam pelarut air. Tanin merupakan salah satu metabolit sekunder penting pada tanaman.

Dalam bidang Kesehatan, tanin memiliki beberapa khasiat seperti sebagai antidiare, antioksidan, antibakteri, dan astringen. Tanin juga berfungsi sebagai pengkhelat logam dan dapat menurunkan nilai pH air pemeliharaan ikan.

Selain itu juga terdapat senyawa fenol yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan dan antiinflamasi. Fenol merupakan senyawa yang mudah larut di air dan berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengendalikan radikal bebas sehingga membantu mencegah kerusakan pada DNA.

Kandungan penol dan tanin pada ekstrak daun ketapang hampir 2 kali lebih banyak dibandingkan pada bijinya, yaitu mencapai 600 g/kg bahan kering.

Senyawa flavonoid dan tanin dapat meningkatkan kualitas reproduksi dan sebagai pemacu pertumbuhan. Kandungan astriterpenoid, quinon, dan phenolic yang terdapat pada ketapang dapat berfungsi sebagai antistress, pemicu pertumbuhan ikan, penstimulasi nafsu makan, dan immune booster. Kandungan saponin yang rendah meningkatkan pertumbuhan, konversi pakan, pemanfaatan protein dan menurunkan konsumsi oksigen.

Saponin memiliki berbagai pengaruh pada status fisiologi ikan seperti dapat meningkatkan jumlah sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit, meskipun saponin juga dapat bersifat sebagai antinutrisi.

Ketapang cukup sering digunakan untuk mengobati ikan sakit, memperbaiki kualitas air juga meningkatkan warna dari beberapa jenis ikan hias, seperti ikan cupang.

Kandungan antibakteri, antifungi dan antiparasit dari daun ketapang banyak dimanfaatkan untuk mengobati ikan sakit atau ikan yang terluka.

Kandungan antifungi dapat mencegah serangan jamur pada telur ikan sehingga meningkatkan daya tetas telur. Daun ketapang juga dapat meningkatkan ketahanan hidup beberapa jenis ikan hias maupun ikan konsumsi.

Daun ketapang yang sudah gugur memiliki kandungan anti mikroba yang lebih bagus dibandingkan dengan daun yang masih muda yang masih menempel pada pohonnya. Daun yang baru gugur kemudian dicuci bersih dan dikeringanginkan hingga berwarna coklat dan mudah dipatahkan.

Sebelum dikeringkan, beberapa pembudidaya merendam daun ketapang dalam larutan garam selama beberapa jam hingga 1 hari. Perendaman ini berdampak pada berkurangnya kandungan minyak pada daun ketapang ketika dilarutkan ke air pemeliharaan.

Pengeringan daun sebaiknya tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari. Daun yang telah kering atau disebut simplisia, kemudian dipisahkan dari tulang daunnya dan dapat disimpan di dalam plastik bersih dan tertutup rapat.

Daun ketapang kering diaplikasikan dengan cara dimasukan ke dalam air pemeliharaan. Secara bertahap, daun ketapang akan merubah air pemeliharaan menjadi berwarna coklat tua. Setelah sekitar 3 hari, ampas daun ketapang perlu dibuang agar tidak membusuk dan meningkatkan bahan organik di air sehingga merusak kualitas air.

Selain dalam bentuk simplisia kering, daun ketapang juga dapat diekstrak terlebih dahulu sebelum dilarutkan ke air pemeliharaan ikan. Secara tradisional, ekstraksi daun ketapang dilakukan dengan merebus daun ketapang segar selama 20-30 menit atau hingga air rebusan terlihat berwarna coklat pekat.

Ekstrak ketapang ini dibatasi oleh daya simpan, dimana semakin lama penyimpanan efektifitasnya akan semakin menurun. Untuk meningkatkan efektifitasnya, beberapa pembudidaya menambahkan methylene blue ke dalam ektrak ketapang ini. Meskipun demikian pengujian diperlukan untuk melihat apakah kombinasi kedua bahan ini memang bersifat sinergis.

Simplisia ketapang maupun ekstrak cair daun ketapang banyak dijual di toko-toko ikan atau toko-toko online dengan harga terjangkau. Dosis penggunaan daun ketapang bervariasi tergantung pada tujuan penggunaan, bentuk ketapang (simplisia atau ekstrak), jenis dan umur ikan, termasuk kualitas air pemeliharaan. Dosis ketapang berkisar antara 0,1-5% (1% artinya 10 ml ekstrak atau 10 gram simplisia per 1 liter air).

Penggunaan ekstrak ketapang dirasa lebih praktis, karena tidak meninggalkan sampah organik seperti pada ketapang kering, namun kekurangannya tidak diketahui konsentrasi zat aktif serta campuran bahan lain yang mungkin ditambahkan ke dalam ekstrak tersebut.

Selain itu, kandungan dalam bentuk ekstrak relatif kurang stabil dan lebih cepat rusak dibandingkan dalam bentuk kering, namun umumnya pada kemasan ketapang cair umumnya tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa, sehingga perlu kehati-hatian dalam membeli produk ketapang ini.

Daun ketapang memiliki banyak manfaat untuk kegiatan budidaya ikan. Kelebihan lainnya yaitu jumlahnya melimpah, mudah ditemukan, harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, serta mudah diolah dan disimpan.

Karena itu, peluang untuk memanfaatkan herba ini sangat besar terlebih untuk industri agar dapat diproduksi ekstrak herbal yang memiliki kandungan bahan aktif terstandar, sehingga akan lebih tepat dalam perhitungan dosisnya dan lebih mudah diaplikasikan oleh pembudidaya ikan. Selain itu, dengan bahan baku yang murah diharapkan harga jualnya tetap terjangkau sehingga tidak membebani biaya produksi ikan. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.