CARINGIN – Akibat sulitnya membuat sumur gali dan jauhnya dari sumber mata air ratusan kepala keluarga dari 4 Rukun Warga (RW] yakni kampung pakopen, Loji dan Tangkil Di desa Tangkil Kecamatan Caringin kabupaten Bogor sudah puluhan tahun hidup dalam dengan kondisi memprihatinkan menggunakan air selokan untuk kebutuhan keluarga.
Adapun air bantuan pemerintah melalui Program weslik dan P2DT, yang disalurkan kepada masyarakat. Sudah terganggu dan hanya mengalir beberapa persen. “Untuk kebutuhan masjid, pesantren, saat ini menampung air dari selokan dan air hujan. Karena memang air dari saluran pipanisasi sudah tidak normal terkadang 5 hari tidak mengalir,” kata Aruman warga kampung pakopen kepada Pakar Online.
Selain itu lanjut dia, akibat banyaknya kebutuhan air masyarakat, untuk kebutuhan sehari hari sehingga air dari pipanisasi harus dibagi keseluruh masyarakat. “Kalau membuat sumur gali sudah banyak yang dilakukan tapi tidak keluar mata air, adapun membuat sumur bor harus ratusan meter tidak terjangkau biaya,” ucapnya.
Bantuan pipanisasi yang ada selama ini selalu mengalami gangguan, salah satunya dengan rusaknya pipa paralon akibat terbawa longsoran tanah, dan yang lainnya sehingga menggangu aliran air. “Karena jauh hingga 8 kilo meter mengambil airnya dari sumber air, diperjalanan banyak gangguan,tuturnya.
Sementara itu kepala desa Tangkil Acep Awaludin membenarkan, jika di wilayahnya terdapat 4 rw yang kesulitan air bersih.
“Ya, memang benar sudah puluhan tahun, namun sejak tahun 2005 terdapat bantuan pipanisasi weslik dan p2dt untuk disalurkan kepada masyarakat namun tidak maksimal karena banyak gangguan,” paparnya.
Acep mengaku, kendala yang di alami karena jauhnya sumber air, dari masyarakat karena merasa tepat dikaki Gunung Gede Pangrango, sehingga membutuhkan pipanisasi yang jauh.
“Bahkan akibat sulitnya air, saat kemarau warga kami ada yang setiap malam air dari sawah yang sudah jernih, karena dari pipanisasi airnya tidak mengalir akibat adanya gangguan,” akunya.
Gangguan tersebut lanjut acep, akibat alam dan gangguan lainya, sehingga berdampak hilangnya pipa saluran air kepada warga. “Terkadang pipanya ada yang hilang, bahkan rusak tertimpa longsor dan terbawah air karena melintasi sungai,” tambahnya.
Dia menjelaskan, saat musim penghujan tidak sedikit warga yang menampung air hujan, pasalnya air jarang mengalir.. makanya kata dia, harus ditata kembali masyarakat yang selama ini benar benar belum terpasang pipanisasi. “Solusinya diusulkan program pipanisasi, dengan ditertibkan kembali sehingga semua bisa merata kebagian dan dikelola perawatannya oleh pihak desa sehingga terjadi pemerataan,” tandasnya.
Acep menegaskan, pihaknya bisa saja menggunakan anggaran DD akan tetapi 40 persen harus disalurkan untuk BLT, namun menurut dia, pihaknya akan berupaya agar krisis air bisa teratasi dengan catatan masyarakat bisa merawat dengan baik. “Kalau melalui Dana Desa saat ini belum bisa, namun kami akan berupaya dari program lain. Dengan catatan ditata dan warganya bisa melakukan perawatan jangan hanya mau menggunakan air saja,” tegasnya.
Ditempat terpisah camat Caringin Endi Rismawan membenarkan jika ketiga perkampungan diwikayah tugasnya mengalami krisis air bersih.. bahkan lanjut dia krisis tersebut akibat debit air dari saluran pipanisasi yang ada tidak seimbang dengan jumlah warga kebutuhanya. “Memang benar di wilayah itu krisis air bersih, itu akibat dari jumlah debit yang tidak seimbang, makanya kami akan berupaya melalui Dinas PUPR untuk mengeluarkan program yang dapat mengatasinya,” katanya. UJG