BOGOR – Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi memberikan prediksi pada 2045 akan terjadi kenaikan konsumsi pangan mencapai 30 persen. Pangan, bukan hanya soal beras, tingkat konsumsi buah dan sayur pun akan naik hingga 120 persen.
“Pada tahun 2045 kondisi perekonomian kita akan berada pada taraf menengah ke atas,” kata Agung Hendriadi dalam acara Forum Diskusi Pangan Nasional bertajuk Future Upon The Rice yang diadakan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor kdi IPB Convention Centre, Mall Botani Square, Bogor, Sabtu (1/12/2018).
Agung Hendriadi juga menyatakan bahwa dirinya sangat tidak percaya dengan kekurangan pangan. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan iklim yang bersahabat.
“Saya optimis dan tidak yakin dengan kekurangan pangan di Indonesia. Itu semua tinggal diatur saja. Tinggal bagaimana kita mendistribusikannya kepada masyarakat,” ucap dia.
Agung Hendriadi pun menjelaskan bahwa yang harus dibangun saat ini adalah bukan pertanian, melainkan industri pertanian.
Sementara, Ekonom Senior Rizal Ramli mengemukakan, masyarakat Indonesia memiliki ambisi yang kecil untuk membuat kondisi pangan membaik. Padahal, Indonesia sangat dimungkinkan menjadi mangkuk pangan di Asia Tenggara.
“Untuk memajukan pertanian tidak hanya soal teknis, tetapi juga struktur pasar yang kompetitif dan proaktif. Impor harus sesuai kebutuhan dan kondisi,” tutur Rizal
Sedangkan Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengemukakan kondisi pangan di Indonesia terlalu terfokus pada beras. Sehingga, saat ini kebutuhan beras melonjak dan harus impor beras.
“Salah kita, kenapa Madura dan Papua diubah menjadi beras. Orang Madura dulunya makan Jagung, sekarang diberi beras, akhirnya mereka merasa ketergantungan. Mereka menganggap dengan makan beras akan membuat status sosial mereka naik. Begitu juga Papua, dulu makanan pokoknya sagu, sekarang diberi beras. Mereka juga akhirnya ketergantungan beras,” kata Buwas, sapaan karibnya.
Mestinya, menurut dia, pemenuhan pangan bagi masyarakat tidak berorientasi hanya pada beras. “Tetapi sagu, ubi-ubian, jagung lainnya juga perlu dikembangkan,” katanya.
Sementara, Guru Besar Faperta IPB Dwi Andreas Santoso mengungkap, untuk memperkuat ketahanan pangan di Indonesia, masalah benih perlu ditingkatkan.
“Dengan benih yang bermutu akan meningkatkan produksi pangan sehingga bisa menggairahkan petani karena lebih menguntungkan,” ujar Andreas.
Di lain pihak, Kepala Balitbang Kemendag Kasan Muhri pun mengatakan bahwa kebijakan impor yang dilakukan sifatnya hanya untuk menutupi kekurangan yang ada.
ARDI | MAGANG