CIBINONG – Bupati Ade Yasin, menyikapi aksi protes dari para pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Bogor yang melakukan pemasangan bendera putih secara serentak di kawasan wisata Puncak.
Ade Yasin menilai aksi yang ditujukan kepada pemerintah atas kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tersebut, sangat lah wajar.
“Bagi saya aksi tersebut tidak apa-apa, ini bagian dari demokrasi. Kami juga pasti akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat,” katanya, Minggu (8/8/2021).
Ade Yasin meminta masyarakat khususnya para pelaku usaha untuk memahami kondisi saat ini. Bukan tidak memikirkan nasib, dia menilai jika kebijakan PPKM dari pemerintah penuh akan pertimbangan.
Ade Yasin membeberkan, kesehatan dan ekonomi menjadi dua bagian yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya adalah hal penting, namun keselamatan masyarakat berada di atas segalanya.
Dia pun berencana mengajak mereka dalam diskusi. “Bersama Kodim 0621 dan Polres Bogor, kami akan ajak diskusi untuk sama-sama mencari solusi terbaik bagi semuanya,” jelas Ade Yasin.
Sebelumnya diketahui, ratusan pedagang kaki lima di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, kompak memasang bendera putih di lapak dagangannya masing-masing.
Pemasangan bendera putih tersebut dilakukan sebagai bentuk protes para pedagang kaki lima kepada pemerintah, atas perpanjangan PPKM Level 4 yang kembali diberlakukan pemerintah.
Hammid salah satu pedagang nasi uduk di Jalan Raya Puncak, KM 85,5, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor mengaku, pemasangan bendera putih tersebut dilakukannya sebagai bentuk pesan kepada pemerintah.
Sebab, selama pemberlakuan PPKM Level 4, penghasilannya merosot tajam dan selalu sepi pengunjung.
“Ini adalah simbol pesan dari kami para pedagang untuk pemerintah, agar lebih memperhatikan nasib rakyat kecil,” katanya kepada wartawan.
Menurutnya, sejak diberlakukannya PPKM di Bogor, dia bersama keluarga mengaku sangat kesulitan. Sebab, penghasilan hariannya turun derastis hingga 70 persen lebih.
“Anjlok banget bang. Buat makan aja susah. Paling besar pendapatan saya itu dalam satu hari cuma Rp100 ribu. Belum buat belanja bahan belum buat makan sehari-hari. Pokoknya serba sulit,” keluhnya.
Hammid yang sudah berjualan belasan tahun di kawasan Puncak Bogor mengaku tak ingin terlalu banyak berharap kepada bantuan dari pemerintah. Dia hanya ingin, pendapatan hariannya kembali normal seperti sediakala.
“Kalau bansos dari pemerintah paling hanya cukup buat satu minggu. Terus nanti sisanya kami bagaimana. Yang saya ingin pemerintah ikut memikirkan nasib kami sebagai rakyat,” ungkapnya.
Dia pun berharap pemerintah bisa mencarikan jalan keluar terbaik untuk dirinya dan pedagang kecil lainnya yang berjualan di kawasan Puncak. Sebab bansos pemerintah menurutnya bukanlah satu langkah yang bisa menyelesaikan penderitaan para pedagang.
“Kalau bansos itu kan bisa habis. Kalau habis nanti kami bagaimana. Yang kami inginkan adalah solusi konkret dari pemerintah, agar di masa PPKM ini penghasilan kami sebagai rakyat kecil tetap stabil,” tandas Hammid.=MAM