Selama Pandemi Covid-19, Terjadi Penurunan Daya Beli Hingga 15 % dan Berdampak Pada Penurunan Gizi Masyarakat

Giat daring Strategic Talk IPB ke-25 dengan judul Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan Gizi pada Masa PPKM Darurat di Indonesia. IST

BOGOR – Imunitas sangat penting di masa pandemic Covid-19 ini, di mana ketercukupan pangan dan gizi seimbang merupakan salah satu faktor esensial untuk mendapatkan imun yang baik. Untuk itu literasi akses terhadap pangan serta literasi gizi sangatlah penting, apalagi di masa PPKM darurat ini.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis IPB University, Eva Anggraini, saat membuka Strategic Talk IPB ke-25 yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan Gizi pada Masa PPKM Darurat di Indonesia” yang diselenggarakan secara daring pada Kamis (15/07/2021).

Pungkas Bahjuri, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian PPN/BAPPENAS menyampaikan bahwa dalam kondisi normal, akses terhadap pangan tidak begitu menjadi masalah di Indonesia, melainkan daya beli rumah tangga. Namun di masa pandemi ini persoalannya menjadi lebih kompleks.

Hardinsah, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB mengatakan bahwa selama masa pandemi Covid-19 terjadi penurunan daya beli masyarakat hingga mencapai 15 % hal ini akan berdampak pada konsumsi pangan dan tentunya pada penurunan gizi masyarakat. Untuk itu penting adanya kemampuan berhemat pada belanja non pangan dan penguatan nilai religi dalam pengelolaan sumberdaya yang dimiliki.

Guru Besar di Fakultas Ekologi Manusia ini juga mengungkapkan hasil survey yang dilakukannya pada tahun 2020 terhadap 547 responden, di mana 70,9% mengatakan, belum puas dengan ukuran tubuhnya dan 64,4% mengatakan belum puas dengan kondisi kesehatannya. Artinya selama pandemi ada 20% responden yang mengatakan berat tubuhnya meningkat dan 35% mengatakan merasa gemuk. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Kebanyakan makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat dan rendah serat. Konsumsi karbohidrat yang berlebihan diakibatkan harganya lebih murah dibandingkan daging, susu dan buah.
Ia menyarankan pangan yang harus dikonsumsi agar dapat meningkatkan sistem imun tubuh diantaranya adalah protein, omega 3, karohidrat serat, vitamin C, vitamin D, mineral dan air. Gizi tersebut dapat diperoleh dari lauk pauk dan kacang-kacangan, ikan, telur, susu, buah, tempe dan daging ayam. Untuk itu, penting dilakukan edukasi konsumen pangan yang bijak.
Rahmita dari World Food Programme mengatakan, Penerapan kebijakan PPKM dapat mempengaruhi logistik pangan hal ini akan berakibat pada penurunan kualitas bahan pangan. Selain itu penerapan PPKM pada pasar tradisional juga akan mempengaruhi akses masyarakat terhadap pangan. Kita ketahui bahwa 70% kelompok masyarakat menengah ke bawah berbelanja di pasar tradisional.
Situasi pandemi ini pun telah memperparah kondisi kemiskinan. Hasil Penelitian WFP yang dilakukan di Jakarta bahwa 81% rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, 23% rumah tangga mengalami kerawanan pangan sedang dan berat dan 86% rumah tangga menggunakan coping strategis untuk mengatasi dampak covid yaitu menggunakan tabungan mereka untuk berbelanja dan menjual aset hingga berhutang ke teman dan keluarga.

Selain itu kerawanan pangan semakin buruk, tahun 2020 sebanyak 42% rumahtangga di Jakarta merasa khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan mereka dan kini meningkat menjadi 66,4%. Dalam penelitian ini juga dikemukakan ada 6,6 persen rumah tangga yang lapar dan terdapat 1,2% rumahtangga yang tidak makan dalam sehari.

Hal senada juga disampaikan oleh Pungkas Bahjuri, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian PPN/BAPPENAS bahwa selama pandemi ketercukupan pangan lebih sulit dipenuhi keluarga yang kurang mampu. Hasil riset yang dikeluarkan oleh Unicef pada tahun 2021 ini menyatakan bahwa 22,5% rumah tangga mengalami kerawanan pangan sedang dan berat, sedangkan 86% rumah tangga memerlukan mekanisme bertahan dalam menghadapi pandemi yaitu melalui pinjaman, bansos, meminta-minta, dan sebagainya. Selain itu belanja makan bergizi rumah tangga menurun, sebagai salah satu mekanisme adaptasi Ketersediaan pangan di level makro sangat tinggi namun di level rumah tangga ketersediaan pangan sangat rendah. Salah satu faktornya adalah tingginya Food Loss dan Waste di seluruh rantai pasok mulai dari produksi hingga pemasaran, dan konsumsi.

Intervensi dan Strategi Pemerintah selama pandemi diantaranya Penajaman Intervensi dalam Percepatan Perbaikan Gizi, Perluasan Jaring Pengaman Sosial, Penyesuaian Protokol Pelayanan Gizi, Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Vitamin pada Warga yang Menjalani Isoma dan Penguatan Peran Non-Pemerintah dalam Upaya Perbaikan Gizi.=ROY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.