Ribuan Imigran di Puncak Hidup Berdampingan Dengan Warga Lokal, Ada Sebagian Risih, Ada Juga yang Santai

Kehidupan imigran saat berada di kontrakan di kawasan Puncak. (Yusman | Pakar)

CISARUA – Koordinator imigran di kawasan Puncak, Mohammad mengungkapkan jika sampai hari ini ada ribuan imigran masih tinggal di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Rata-rata imigran tersebut berstatus keluarga. “Hampir 80 persen imigran yang ada di kawasan Puncak sudah berkeluarga,” ujar Mohammad kepada wartawan, Senin (21/3/2022).

Para imigran ini hampir tersebar di semua desa di Kecamatan Cisarua. Diantaranya, di Desa Leuwimalang, Jogjogan, Kopo, Citeko, Cibeurum, Batulayang, Tugu Utara, Tugu Selatan dan Kelurahan Cisarua.

“Mereka tinggal di rumah-rumah warga sebagai pengontrak,” ucapnya.

Keseharian mereka ada yang beraktivitas sebagai pedagang, maupun yang hanya mengandalkan kiriman dari UNHCR atau sanak saudara di negaranya.

Bahkan ada beberapa bantuan dari lembaga maupun yayasan yang diterima para imigran tersebut.

“Selain aktivitas ekonomi, olahraga serta nongkrong bareng sesama imigran juga menjadi keseharian mereka,” ungkapnya.

Selama ini, kata dia, tidak ada masalah dengan warga sekitar meski kultur budaya dan karakter mereka berbeda.

“Baik-baik saja, bahkan banyak warga imigran sudah bergaul dengan warga lokal,” terangnya.

Bahkan, tak sedikit dari imigran sudah terbiasa dengan pola kehidupan serta makanan Indonesia khususnya warga Puncak.

“Karena ada yang sudah puluhan tahun mereka tinggal di Puncak,” ucapnya.

Jadi, yang dikhawatirkan terjadinya gesekan dengan warga lokal, ia memastikan tidak pernah ada. “Alhamdulilah aman-aman saja,” pungkasnya.

Sementara, Kepala Desa Tugu Selatan, Eko Widiana mengatakan, ada ratusan warga imigran tinggal di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Mereka tinggal di rumah warga.

“Kalau dibilang menguntungkan mungkin hanya menguntungkan sebagai warga yang tentunya memiliki kontrakan, tapi secara umum tidak berdampak,” ujar Eko.

Terpisah, warga Desa Batulayang, Chaidir mengaku risih dengan banyaknya imigran di kampungnya. Mereka kadang tidak memiliki etika sopan santun layaknya budaya orang timur.

“Saya setuju jika mereka pindah di kawasan Puncak, kan Puncak sebagai destinasi wisata jadi harus bersih dari imigran,” kata Chaidir.

Sebelumnya, Bupati Ade Yasin sempat meminta solusi terkait imigran di kawasan Puncak yang keberadaannya bisa mengganggu terhadap wisatawan. =YUS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.