Reformasi Imigrasi

Dr David Rizar Nugroho, MSi, Pemimpin Redaksi Harian PAKAR. IST


Oleh: Dr David Rizar Nugroho, MSi
Pemimpin Redaksi Harian PAKAR

Senin adalah hari yang padat buat saya. Dari pagi hingga malam, saya full mengajar. Pagi di Sekolah Vokasi IPB siang hingga malam di Universitas Pakuan.

Sekitar pukul 20.30 saya tiba di rumah. Sambil rebahan saya langsung buka Channel YouTube Gus Iqdam, ulama muda dari Kediri yang setiap Senin Malam dan Kamis malam menggelar pengajian untuk majelis taklim Sabihul Taubat di kediamannya.

Acara pengajian ini disiarkan live YouTube Akun beliau. Gus Iqdam adalah kiai kampung lulusan pesantren Lirboyo Kediri yang tengah naik daun karena santri-santrinya kebanyakan “garangan”.

Garangan adalah istilah untuk penganut Islam KTP dan yang masih bergelut di dunia “hitam” alias maksiat. Pengikut-pengikutnya disebut ST Nyell dan Gus Iqdam mempopulerkan istilah “dekengan pusat” yang diartikan di “bekingi” Allah SWT.

Setiap pengajian di rumahnya yang hadir ribuan dari berbagai kota di Jawa. Ada yang bawa kendaraan sendiri baik motor maupun mobil, hingga bak terbuka sampai sewa bus bus besar. Bahasa dakwah Gus Iqdam yang gaul, merakyat dan apa adanya dan tidak mendoktrin membuatnya dicintai jemaahnya.

Gus Iqdam juga senang berbagi, beliau selalu memberikan gift kepada jemaahnya dalam bentuk uang, barang dan lain sebagainya usai berdialog dengan jemaahnya.

Prolog soal Gus Iqdam saya pikir cukup. Anda bisa cari sendiri referensi tentang beliau di TikTok atau YouTube. Tadi malam beliau bercerita pengalaman pertama kali dakwah ke Taiwan dengan timnya.

Perjalanan tidak mengenakkan dialami Gus Iqdam saat melalui pemeriksaan imigrasi di bandara Seokarno-Hatta. Awalnya semua berjalan lancar ketika paspor Gus Iqdam dan rombongan dicap petugas. Ketika akan melanjutkan proses selanjutnya Beliau dihampiri petugas imigrasi bernama Afwan yang tiba tiba bertanya tidak sopan ke Beliau.

Mau kemana ini? Kata Afwan. Mau ke Taiwan, jawab Gus Iqdam. Mau kemana ke Taiwan? kerja” jawab Beliau sesuai visa yang Beliau peroleh. Pulangnya kapan? Dia bertanya dengan nada membentak, sementara teman-temannya biasa saja. Kemarin kamu sudah kesinikan? Bentak Afwan. Beliau bingung karena memang baru pertama kali ke Taiwan.

Pada saat bersamaan panitia pengajian Taiwan menanyakan posisi beliau. Beliau memfoto posisi beliau, usai foto Beliau di datangi petugas Security bandara membentak bentak dan memaki maki beliau karena ada larangan foto di area tersebut.

Bahkan Hp Gus Iqdam sempat disita untuk mengecek foto tersebut. Ulama desa yang polos ini mengaku tidak tahu jika ada larangan memotret Karena baru pertama kali ke luar negeri.

Sebagai santri online, tentu saya tidak terima guru saya dibentak bentak dan di maki maki oleh siapapun. Saya tahu pasti Afwan dan petugas Security gak tau yang dihadapi adalah seorang ulama.

Apapun alasannya sebagai pelayan publik gak pantas petugas imigrasi memberikan pelayanan seperti itu. Apalagi Gus Iqdam langsung membandingkan pelayanan petugas Imigrasi Taiwan yang helpful berbanding terbalik apa yang di alaminya di Indonesia yang notabene rumahnya sendiri.
Sejak lama Imigrasi disorot publik.

Gak tanggung-tanggung Presiden Jokowi yang menyemprotnya. Tanggal 9 September 2022 di rapat kabinet secara terbuka Jokowi menyampaikan pelayanan imigrasi masih menggunakan gaya lama. Jokowi minta Menteri HukHam mengganti pejabat imigrasi dari mulai Dirjen sampai bawah.

Perintah Jokowi langsung dilaksanakan. Menteri HukHAm memilih Silmy Karim orang luar kementerian menjadi Dirjen Imigrasi. Silmy adalah orang swasta dan terakhir jabatannya Direktur Utama Krakatau Steell.

Di bawah Silmy, wajah imigrasi mulai berubah. Saya merasakan sendiri dalam pelayanan penerbitan paspor. Paspor saya habis dan pagi datang Ngurus siang langsung jadi. Dulu saat bikin pertama kali jujur saya menggunakan jasa orang dalam.

Reformasi yang di bawa Silmy butuh waktu. Karena orang-orang berwatak Afwan masih banyak bertugas, yang belum menghayati peran dia sebagai pelayan publik. Orang-orang seperti Afwan ini yang perlu dibina agar menjadi pelayan publik yang baik.

Sudah banyak pelayanan publik yang menerapkan service excelent. Kita datang ke bank, ketika baru tiba saja satpam langsung melayani dengan sangat ramah. Kita di arahkan dengan santun dan sopan sesuai keperluan kita.

Ketika keperluan kita ke Customer Service kita diarahkan kadang diambilkan kartu antrian dan setelah itu dipersilahkan duduk. Ketika kita dipdnggil, petugas customer service dengan nada sopan menyapa kita sambil berdiri dan dia memperkenalkan diri dan menyilahkan kita duduk. Kita dilayani sampai urusan kita selesai dan ditutup dengan sapaan ramah.Saya yakin satpam dan pegawai bank itu dilatih di Pandu dengan SOP.

Saya membayangkan andaikan cara bank melayani nasabah di Adopsi petugas imigrasi alangkah indahnya. Andai kebijakan service excelent diterapkan di kantor imigrasi diterapkan petugas model Afwan tidak akan ada di front office imigrasi karena karakter nya gak cocok jadi pelayan publik
Saya sampai buka Google, ternyata pegawai pegawai imigrasi ini berasal dari sekolah kedinasan maknanya Politeknik Imigrasi.

Saya gak baca detail kurikulumnya tapi menurut saya perlu penguatan untuk mata kuliah pelayanan publik, management service excelent, personality dan kehumasan. Kalau perlu petugas petugas front office dianggarkan untuk ikut training sekolah kepribadian seperti John Robet Power agar Menjadi pribadi yang santun saat melayani masyarakat dan pribadi yang helpful seperti yang dicontohkan petugas petugas imigrasi Taiwan.

PR Silmy Karim mereformasi Imigrasi sesuai pesan Presiden Jokowi ternyata masih banyak. Semangat Pak!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.