Program Restorasi Hutan SEGS Tingkatkan Keanekaragaman Hayati di TNGHS

Manager Policy, Government and Public Affairs (PGPA) SEGS, Nungki Nursasongko. IST

CIBINONG – Program restorasi hutan dan konservasi sumber air yang diinisiasi Star Energy Geothermal Salak, Ltd (SEGS), memberikan dampak baik terhadap peningkatan indeks keanekaragaman hayati di Taman Nasional Halimun Salak (TNGHS).

Manager Policy, Government and Public Affairs (PGPA) SEGS, Nungki Nursasongko mengatakan, program tersebut merupakan bentuk komitmen pihaknya untuk membuktikan bahwa pengusahaan panas bumi bisa selaras dengan upaya konservasi di TNGHS.

“Dengan berbagai program yang dilakukan, hingga 2019 kami telah berhasil meningkatkan indeks keanekaragaman hayati dari 3,90 menjadi 3,93 di kawasan TNGHS,” ujar Nungki, dalam keterangan tertulisnya yang diterima wartawan, Selasa (21/9/2021).

Nungki menjabarkan, dari hasil pemantauan satwa kunci yang dilakukan sejak SEGS memulai program Prakarsa Lintasan Hijau atau Green Corridor Initiative (GCI) pada 2018, terjadi peningkatan populasi Macan Tutul Jawa dari 6 ekor menjadi 13 ekor pada 2020, Elang Jawa dari 6 ekor menjadi 14 ekor, dan Owa Jawa dari 4 ekor menjadi 10 ekor.

Program GCI tersebut, kata dia, bertujuan merestorasi 265 hektare hutan untuk menghubungkan dua habitat besar, yaitu Gunung Halimun dan Gunung Salak demi kelangsungan ekologi dan habitat dari satwa dilindungi dan terancam punah seperti Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas).

Program GCI meliputi kegiatan ekowisata, restorasi mata air, dan konservasi hutan dengan melibatkan pelbagai elemen masyarakat.

“Melalui program ini, SEGS berharap dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa ekologi yang terjaga dapat bermanfaat bagi ekonomi berkelanjutan,” kata Nungki.

Program tersebut juga diketahui sejalan dengan upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memastikan pemanfaatan panas bumi berprinsip konservasi melalui Permen LHK No.46/2016 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi dan Permen LHK No.P3/2021 tentang Standar Kegiatan Usaha pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Selain program di atas, Nungki menyebutkan jika SEGS juga membangun Perpustakaan Taman Pamekar dan Taman Endemik Salak untuk pendidikan lingkungan dan penerbitan buku-buku serta konservasi flora dan fauna endemik langka, seperti pembangunan Suaka Elang oleh Balai TNGHS dan pembentukan Garda Konservasi dengan kegiatan patroli bersama.

Kata dia, Indonesia memiliki potensi panas bumi sekitar 23,9 gigawatt. Pemerintah menargetkan potensi ini mampu mendongkrak realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

“Karena potensi tersebut sebagian besar berada di kawasan hutan, maka prinsip keselarasan pengusahaan panas bumi dengan konservasi harus dipatuhi oleh pengembang panas bumi,” tandas Nungki.=MAM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.