
CIAWI – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (Unida) Bogor, memiliki cara yang unik memberikan pengalaman belajar sains kepada siswa SD. Salah satunya melalui permainan tradisional gundu.
Dilaksanakan di SD Amaliah, Ciawi, Kabupaten Bogor, Ketua TIM PKM Dosen PGSD FAIPG Unida, Afridha Sesrita menjelaskan bahwa
permainan tradisional seperti gundu dapat menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan literasi sains pada anak.
“Namun di zaman sekarang gundu sudah jarang dimainkan, buktinya banyak anak-anak yang tidak tahu apa itu permainan gundu bahkan kelereng pun sudah jarang dijual di pasaran. Padahal ini menjadi alternatif bagi anak untuk menumbuhkan literasi sains yang sebaiknya dilakukan sejak dini agar kesadaran siswa meningkat dalam menjaga dan memelihara alam serta dapat berpikir saintifik,” kata Afridha dalam keterangan tertulisnya yang diterima PAKAR, Senin (18/9/2023).
Menurutnya, hal tersebut lah yang kemudian mendasari pihaknya untuk menjadikan permainan tradisional gundu sebagai pengalaman belajar sains siswa SD.
Tak sendiri, Afridha juga didampingi rekan dosen lainnya seperti Teguh Prasetyo dan Irma Inesia Sri Utami termasuk kepala sekolah dan guru-guru SD Amaliah, Ciawi.
Teguh mengatakan, literasi sains dalam permainan gundu ada beberapa gaya. Seperti
gaya gesek yang terjadi terjadi ketika kelereng digelindingkan di atas permukaan tanah. Kemudian gaya otot ketika seseorang berusaha menjentikkan kelereng tersebut.
“Gaya juga dapat mempengaruhi gerak pada benda. Baik benda yang sedang bergerak maupun benda yang sedang diam. Seperti, gaya dapat mengubah benda diam menjadi bergerak, menambah kecepatan gerak benda, mengubah arah gerak benda, mengubah jarak benda, mengubah posisi benda,” kata Teguh.
Selain mendapatkan pengetahuan baru, lanjutnya, dalam permainan kelereng juga terdapat manfaat yaitu pertumbuhan fisik dalam hal memperkuat otot, memperkuat sendi, memperkuat tulang, gaya hidup lebih aktif dan tubuh menjadi terasa lebih sehat.
“Ketika seseorang bermain kelereng, dia menggunakan sistem pernapasan perut. Pada dasarnya, mekanisme pernapasan perut sama dengan mekanisme pernapasan normal. Bedanya, pernapasan perut berfokus pada kerja diafragma. Diafragma adalah otot besar yang terletak di bawah paruparu dan di atas rongga perut. Hal ini ditunjukan dengan posisi perut yang lebih condong ke depan dan mengembang,” jelas Teguh.
Diketahui, cara bermain gundu yang tepat
Kegiatan bermain gundu sebagai pengalaman belajar sains siswa di SD Amaliah dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat selama satu bulan.
Kata Irma, bermain gundu akan sangat menyenangkan apabila dimainkan oleh banyak orang. Sehingga pengalaman belajar pun bisa semakin menyenangkan.
“Semakin banyak pemain semakin terasa suasana serunya bermain gundu. Apalagi ketika bagian memenangkan permainan dan berakhir membawa banyak gundu,” tuturnya.
Dalam permainan gundu tersebut, para dosen yang dibantu kepala sekolah dan guru-guru SD Amaliah membagi tiga kelompok siswa.
Setiap masing-masing kelompok akan mendapat kelereng dan setiap perwakilan kelompok melakukan gambreng atau hompimpa dengan tujuan mencari kelompok siapa yang pertama bermain.
Lalu dua kelompok sisa melakukan suit untuk menentukan pemain kedua dan ketiga. Setelah selesai menentukan urutan bermain, gambar lingkaran kecil di tanah untuk menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.
Lalu semua anak berdiri kira-kira sejauh 500 cm dari lingkaran dan di luar garis. Kemudian lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran secara bergantian. Anak yang kelerengnya jatuh paling jauh dari lingkaran, bisa main lebih dulu. Anak yang main lebih dulu harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran agar keluar. Anak yang berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.
Cara menjentik kelereng yaitu pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Jentikan kedua jari tepat pada gundu. Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut. Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak. =MAM/*