
RUMPIN – Banyaknya sekolah dasar negeri (SDN) di wilayah Kecamatan Rumpin yang kondisinya dalam keadaan rusak mendapat perhatian dari banyak pihak pemerhati dunia pendidikan.
Salah satunya datang dari Azza El Minadiyan S.Si, MM, AMIPR pengamat pendidikan dan ekonomi perbankan dari STIM Budi Bakti Kemang.
Menurutnya, terdapat jurang kesenjangan antara produksi 9 juta ton lebih hasil tambang batu andesit yang berasal dari sumber daya alam dengan kondisi masyarakat Kecamatan Rumpin.
“Berdasarkan data BPS Kabupaten Bogor tahun 2020 disebutkan bahwa lebih dari 9.317 penduduk Kecamatan Rumpin tidak bersekolah,” ungkap Azza El Munadiyan, Sabtu (16/10/2021).
Dosen Kampus STIM Budi Bakti ini menambahkan, bahkan angka rata-rata lama sekolah ((RTLS) warga Kecamatan
Rumpin adalah 7,76 dengan artian bahwa sebagian besar masyarakat hanya lulusan sekolah dasar.
“Jurang kesenjangan ini seharusnya tidak dibiarkan terus terjadi oleh pemerintah daerah. Karena data yang saya dapat sepertiga lebih Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor berasal dari SDA yang dihasilkan dari Kecamatan Rumpin,” tegas Azza, sapaan akrabnya.
Masih menurut pria yang aktif juga sebagai Kepala Bidang Marketing Komunikasi Yayasan Sepakat Mandiri ini, sudah sangat selayaknya Pemerintah Kabupaten Bogor serta perusahaan-perusahaan tambang di Rumpin ikut bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas SDM mayarakat Rumpin.
“Jadi jangan sekadar terus mengambil keuntungan dari hasil tambang sambil menutup mata pada realita dan fakta kondisi masyarakat, terutama di bidang pendidikan,” cetusnya.
Diberitakan media ini sebelumnya, ada sejumlah SDN di wilayah Kecamatan Rumpin saat ini kondisinya sudah dalam keadaan rusak. Kerusakan terjadi pada konstruksi gedung, baik atap sekolah, ruang belajar mengajar hingga toilet. =FRI