CISARUA – Saat menyusuri Jalan Raya Puncak, tepatnya di kawasan kebun teh, cobalah Anda sesekali melihat ke arah perkebunan. Di sana sering terlihat para pemetik teh sedang menjalankan pekerjaannya.
Mereka biasanya terlihat di tengah-tengah hamparan kebun teh, walaupun dari
kejauhan yang terlihat hanya bagian kepala dan topi capingnya saja.
Jika dilihat dari jalan, sekelompok pemetik teh bergerak menyemut,
menyusuri kontur alam yang dihiasi teh setinggi pinggang. Tangan-tangan terampil itu dengan cekatan menjangkau pucuk-pucuk teh. Memetik, lalu melemparkannya ke dalam keruntung yang tersedia di punggung mereka.
Tudung laken yang dikenakannya menunjang kreativitas kerjanya. Buruh pemetik daun teh, Ikah (57) mengatakan, dirinya menggeluti sebagai pemetik daun teh dari umur 15 tahun.
“Ya sudah enak ya, sudah rezekinya di sini, alhamdulilah tidak pernah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti dipatuk ular, nyaman pokoknya,” ungkapnya, Minggu (17/7/2022).
Dengan profesi yang ia geluti, tentunya ia bisa menyekolahkan anaknya hingga bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). “Ya saya kerja untuk anak biaya sekolah, alhamdulilah anak saya sudah lulus sekolah SMA,” jelasnya.
Sementara itu, Nana yang juga sebagai pemetik teh mengatakan, dirinya sehari mengangkat beban seberat seratus kilogram pucuk teh. “Sehari kadang seratus kilo per-orang,” ujarnya.
Ia menjelaskan, beberapa tahun lagi dirinya dan rekan-rekanya akan pensiun sebagai jasa pemetik teh, tentunya dirinya akan bingung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Ya tahun 2025 kita semua pensiun, gak akan memetik lagi. Saya berharap cukup saya saja yang merasakan sebagai pemetik teh, jangan sampai anak-anak kami ikut kerja memetik teh,” pungkasnya. =FIR