
BOGOR – Akhirnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ( PUPR) Kota Bogor mengungkapkan jika ada perubahan rencana di jembatan Otista.
Salah satunya, adalah akibat struktur lengkung yang diperkirakan sudah ada sejah tahun 1920 akan dipertahankan atau tidak dibongkar, sehingga perubahan rencana itu dimulai dari naiknya level jembatan.
“Ketika konsekuensi jembatan tidak dibongkar, kemudian kita harus hitung ulang level jembatannya. Jadi ada kenaikan jembatan, karena kita memang tidak menyentuh jadi ada kenaikan 1,7-2,5 meter,” ungkap Kepala Dinas PUPR Rena Da Frina, kemarin.
Dikatakan Rena, naiknya level jembatan akibat struktur lengkung ini merupakan rencana yang cukup realistis. Karena, struktur lengkung itu dipertahankan keberadaannya, namun tidak dimanfaatkan fungsinya.
“Ke depan, struktur jembatan yang dipertahankan itu tidak sama sekali membebani bobot jembatan baru,” tegasnya.
Naiknya level jembatan akibat lengkung yang dipertahankan ini, masih jelas Rena, membuat kontraktor harus kerja ekstra keras. Dimana, timbunan tanah saat pembangunan bertambah lagi dari rencana awal yang sudah ditentukan.
“Kita tetap bangun jembatan baru. Hanya luasannya beda, pondasinya mundur ke belakang ada 50 meter. Terlalu beresiko jika memakai rangka yang lama. Meski hitungannya masih kuat. Tapi jika untuk beban sekarang, tentu tak bisa terkejar,” tandasnya.
Rena menjelaskan, perubahan rencana itu tidak akan memengaruhi progres pembangunan yang saat ini berjalan. Termasuk, nilai kontrak yang sudah tertera di jembatan ini.
Diketahui, akhirnya Pemkot Bogor tetap mempertahankan struktur lenkungan jembatan yang awalnya akan dibongkar, karena sebagai warisan budaya atau Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Akan tetapi, struktur tersebut tidak akan digunakan sebagai fondasi Jembatan Otista yang baru.
Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan, pihaknya akan membangun fondasi baru, bukan menggunakan struktur tersebut. Ia beralasan, kontruksi fondasi harus kokoh untuk menopang pelebaran jalan dan jalur trem.
“Dari masa-masa awal ada beberapa opsi pembangunan. Saya sampaikan apakah memungkinkan menjaga konstruksi lengkung itu. Setelah membahas beberapa kajian, ternyata sangat memungkinkan menjaga struktur itu. Tinggal nanti jalannya agak melengkung di atas, elevansinya naik. Tapi itu tidak masalah sama sekali,” beber dia, belum lama ini.
Ia menambahkan, kontruksi yang sempat diduga cagar budaya itu sudah berumur cukup tua sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati trem. Oleh karena itu pada awalnya harus dibongkar. Namun saat ini, dirinya lebih memilih mempertahankan struktur tersebut dan tetap membangun fondasi baru.
“Ini win-win solution, warisan masa lalu tetap terjaga. Tetapi konstruksinya menjadi lebih kuat,” tukasnya.
Bima menuturkan, keputusannya itu tidak akan berpengaruh pada biaya dan aspek lain yang sudah ditetapkan.=ROY