Komisi 4 Usulkan Dua SD di Jalur Tambang Klapanunggal Direlokasi

KLAPANUNGGAL – Kasus gejala inspeksi gejala pernapasan terus meningkat, Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor minta dua sekolah dasar (SD) dikasawan penambangan Kecamatan Klapanunggal agar di relokasi.

Kejadian tersebut disorot oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Ruhiyat Sujana bahwa jika ada bangunan sekolah yang masuk dalam kawasan penambangan seharusnya direlokasi demi kebaikan peserta didik.

“Kalau ada pencemaran udara, apa lagi mengganggu alat pernapasan atau mengganggu kesehatan. Maka dua sekolah yang ada di Klapanunggal tersebut perlu direlokasi,” kata Politisi Fraksi Demokrat kepada PAKAR.

Dirinya menyebutkan apabila dua sekolah masih dipaksakan keberadaannya dikawasan Penambangan Klapanuggal artinya tidak peduli dengan kesehatan siswa-siswi tersebut.

“Kita sudah tahu kalau dua sekolah itu masuk dalam kawasan penambangan dan berbahaya juga. Kalau kita biarkan dan dua sekolah itu masih ngotot tidak dipindahkan, artinya kita zholim dan Dinas Pendidikan harus memindahkan ke lokasi yang lebih aman,” jelasnya.

Ia menuturkan Pemerintah Kabupaten Bogor dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor perlu mengkaji permasalah sekolah-sekolah yang masuk dalam kawasan penambangan.

“Karena menurut saya sekolah yang masuk kawasan penambangan ini bukan hanya di Klapanunggal tetapi ada juga dikawasan Ciampea. Nah ini yang perlu dikaji dan dianalisa apakah yang perlu dipertahankan sekolah atau penambangan,” terangnya.

Pemberitaan sebelumnya Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Adang Mulyana bahwa dua sekolah tersebut memang benar berada dijalur kawasan pertambangan.

“Benar dua sekolah itu yang terdiri dari SDN Kembang Kuning dan SDN Klapanunggal 03 berada didaerah pertambangan karena saya tau betul dua sekolah tersebut,” katanya kepada PAKAR.

Dirinya memastikan besar kemungkinan siswa-siswi di SDN Kembang Kuning dan SDN Klapanunggal 03 telah terinfeksi gejala Ispa, sebab sejak tahun 2021 hingga 2022 kasus gejala Inspeksi Saluran Pernapasan Atas (Ispa) tersebut mengalami kenaikan.

“Kita belum mendapatkan laporan saja dari warga, jadi bukan berarti tidak mungkin siswa-siswi di dua sekolah itu tidak terkena gejala Ispa. Dan gejala Ispa ini diwilayah Klapanunggal kediteksi menjadi wilayah dengan kasus cukup tinggi, bahkan di usia belita saja ada 2.442 kasus ditahun 2022 dan ditahun 2021 ada 1.704 kasus artinya setiap tahun mengalami peningkatan,” ungkapnya.

Adang Mulyana juga menuturkan untuk kasus global diwilayah Klapanunggal terdapat 8.164 kasus yang terkena gejala Ispa ditahun 2022 dari semua umur.

“Tahun 2021 itu secara global kita telah menerima laporan kalau Klapanunggal ada 6.424 kasus dan ditahun 2022 meningkat menjadi 8.164 kasus yang terkena gejala Ispa dari usia belita hingga dewasa dan besar kemungkinan untuk usia pelajar juga terditek,” tuturnya.

Dirinya juga menerangkan kasus tertinggi di wilayah Kecamatan Klapanunggal saat Kabupaten Bogor mengalami musim kemarau, sehingga debu dari pertambangan tanah dan kawasan industri menjadi salah satu penyebab gejala Ispa masuk ke tubuh manusia.

“Maka dari itu kita minta di dua sekolah tersebut harus menjadi sorotan semua pihak, terutama pihak sekolah untuk mewajibkan para peserta didik untuk menggunakan masker baik didalam sekolah maupun luar sekolah, lalu menjaga pola makan, dan dari Puskesmas juga akan memberikan imunisasi untuk menjaga daya tubuh,” terangnya. AGE

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.