CIANJUR – Kisah yang mengharukan bagi salah seorang kakek Saman (67) warga Kampung Cisireum, Desa Naringgul, Kecamatan Naringgul, pantang untuk mengemis. Meskipun kondisi kedua kakinya tidak sempurna, karena mengalami kelumpuhan dari sejak lahir. Pasalnya, kakek Salman ini merupakan pengrajin golok (Pandai besi). Selain pengrajin golok, pandai membuat gamelan alias perangkat alat musik wayang golek alias alat musik kesenian sunda.
Informasi yang berhasil dihimpun, ironisnya kehidupan sehari-harinya kakek Salman ini, untuk menapakahi kedua orang anak dan istrinya itu, disamping sebagai pengrajin golok pandai membuat alat-alat kesenian tradisional sunda diantaranya seperti membuat alat musik Saron, Bonang, Kecapi, Gendang, Gong, hingga menjadi tukang servis elektronik. Bahkan rela menjadi kuli bangunan, dengan menggunakan kedua tangannya pantang untuk menyerah apalagi menjadi pengemis. Kakek Salman mengaku jika dirinya mengalami kelumpuhan kedua kakinya ini, sudah dari sejak lahir.
“Memang kedua kaki saya ini, mengalami kelumpuhan dari sejak lahir. Mungkin ini, sudah menjadi takdir yang diatas, kedua kaki saya harus seperti ini. Namun, saya pantang menyerah apalagi mengemis untuk menapakahi kedua anak dan istri tetap bertahan sebagai pengrajin alat musik sunda. Meskipun harus menjadi kuli bangunan dimasa pandemi Covid-19, karena tidak ada pesanan alat kesenian sunda dar langganannya,” lirih kakek Salman sambil mengusap air matanya kepada wartawan Senin (13/9/2021).
Meskipun kondisi fisiknya tidak sempurna seperti ini, namun Kekek Salman tidak pernah merasa malu untuk bekerja keras. Karena ini mungkin sudah menjadi takdirnya, datang kedunia harus memiliki tubuh seperti ini. “Apapun jenis pekerjaan yang dilakukannya itu halal, bukan hasil berbuat jahat atau hasil mengemis dari belas kasihan orang lain. Biasanya sebelum pandemi Covid-19, banyak pelanggan yang ingin dibuatkan alat-alat kesenian sunda. Namun, karena situasi dan kondisi sedang PPKM, jadi tidak ada pesenan dari langganan dengan terpaksa harus menjadi kuli bangunan. Saya mah, hanya bisa bersyukur saja,karena dengan kerja keras menjadi kuli bangunan masih bisa menapakahi keluarga,” ucapnya.
Salah seorang tetangganya Yoyon (46) memuji dan sangat salut kepada Kakek Salman. Pasalnya, meskipun kondisi tubuhnya serba kekurangan alias tidak sempurna, namun semangat dan keuletan sebagai pengrajin alat kesenian sunda di Kecamatan Naringgul. “Jujur saja, saya salut kepada Kakek Salman ini dan benar-benar luar biasa, selain kreatif. Dia itu, pantang menyerah apalagi berharap ada belas kasihan dari orang lain. Sebagai bukti karya-karyanya banyak dipesan langganannya untuk membuat alat-alat kesenian sunda,” terang Yoyon.
Namun, lanjut Yoyon, tinggal ada kepercayaan dan kepedulian dari pemerintah desa maupun dari pemerintah atas. Agar kakek Salman, difokus menjadi sebagai pengrajin alat kesenian tradisonal sunda. “Karena dia berpinsif, mendingan menjadi kuli memanjat pohon buah kelapa dari atas. Daripada harus meminta-minta berharap dari belasan orang lain. Intinya dia itu pantang menyerah, kreatif bisa bekerja apa saja untuk menapakahi kelurganya,” pungkasnya. SYA