‘Kesetrum’ Bus Listrik

Redaktur Pelaksana Harian Pakar, Roy Andi. IST

Pemkot Bogor tetap keukeuh akan membeli bus listrik pada tahun 2022, dengan anggaran yang lumayan besar.

Ya, satu unit bus listrik ini dibanderol dengan harga sekitar Rp3,2 miliar.

Entah targetnya sebenarnya apa, namun Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan, jika bus ini diusahakan bisa ‘menguasai’ semua koridor pada 2024 mendatang.

Bahkan sudah dinyatakan juga, jika tujuan pembelian bus listrik ini se­suai impian, cita-cita dan visi ke depan Pemkot Bogor.

Kemudian menuju Smart City, Green City dan segala sesuatu yang menuntut pada perkembangan sebuah kota, dimana salah satunya adalah hadirnya kendaraan yang ramah lingkungan seperti bus listrik tersebut.

Melihat poin-poin diatas, sangat wajar bus listrik dihadirkan di daerah sekelas Kota Bogor.

Namun, perlu diingat jika kondisi saat ini baik di Kota Bogor atau kota lain di negara manapun, sedang menghadapi situasi pandemi Covid-19, yang tentunya sangat membutuhkan biaya serta anggaran yang besar untuk penanganannya.

Karena itu, tidak salah juga jika wakil rakyat yang duduk di Gedung DPRD Kota Bogor merasa ‘kesetrum’ mendengar rencana mitra kerjanya tersebut, akan membeli bus listrik dengan harga miliaran rupiah di masa pandemi Covid-19 yang tak terprediksi kapan akan selesai.

Menurut para anggota DPRD ini, lebih baik anggaran bus listrik itu dialihkan untuk pengadaan ambulance di tiap kelurahan atau kebutuhan urgent lainnya yang terkait pada penanganan pandemi Covid-19.

Alasan lainnya, rencana pembelian bus listrik itu belum melalui kajian yang matang. Kemudian, operator bus itu nantinya yakni Perumda Trans Pakuan belum bisa memberi jaminan, apakah akan bisa dan memberikan keuntungan jika bus tersebut jadi dibeli.

Tapi ini adalah hanya awal dari ‘perlawanan’ para politisi yang berkantor di Jalan Pemuda, Kecamatan Tanah Sareal atas rencana yang dilontarkan Wali Kota serta jajarannya, terkait proyek bus listrik ini.

Tinggal kita tunggu saja, apakah ‘perlawanan’ ini bakal konsisten dilakukan. Atau pada ujungnya menyetujui pembelian bus listrik tersebut.(*)

Roy Andi

(Redaktur Pelaksana Harian PAKAR)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.