BOJONGGEDE – Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Burhanudin angkat bicara mengenai terganggunya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN Bojonggede 02 karena sekolah tersebut berada dipinggir rel kereta api.
“Kalau benar KBM di SDN Bojonggede itu terganggu dan apa lagi membahayakan bagi siswa, yah harus direlokasi artinya. Apa lagi kalau itu betul-betul genting,” katanya kepada PAKAR.(30/3)
Lanjut ia mengatakan pihaknya akan berkoordinasi degan Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Kita nanti akan berkoordinasi dengan Bagian Sarpas baiknya seperti apa, karena untuk merelokasi sekolah ini itu kan ranah mereka. Jadi kita tunggu saja,” jelasnya.
Burhanudin juga menyebut bahwa hanya SDN Bojonggede 02 yang posisi sekolahnya berdekatan dengan rel kereta api di Kabupaten Bogor.
“Menurut saya itu hanya SDN Bojonggede 02 yang lokasinya dekat rel kereta, karena kalau kesana lagi itu sudah masuk Bogor Kota dan ke kanan itu sudah masuk Citayem. Tapi nanti kita korscek dan melakukan pendataan, karena sebelumnya belum ada laporan juga yang masuk ke kami dan baru SDN Bojonggede 02 saja,” terangnya.
Sebelumnya, Miris ratusan siswa SDN Bojonggede 02 harus menerima kegiatan belajar mengajar (KBM) yang kurang maksimal, sebab lokasi bangunan sekolah tersebut sangat berdekatan dengan Rel Kereta Api Indonesia (KAI).
Sehingga membuat proses belajar mengajar di SDN Bojonggede 02 sangat terganggu dari getaran kereta yang melintas dibelakang sekolah tersebut.
Kepala SDN Bojonggede 02, Suwartini mengaku sangat terganggu dengan getaran kereta api yang melintas saat pihaknya sedang melaksanakan proses belajar mengajar (KBM).
“Jelas kita setiap hari sangat terganggu dengan adanya kereta api ini, karena dampak dari kereta yang melintas membuat bising yang cukup besar. Sehingga mengganggu aktivitas kita saat melaksanakan proses belajar mengajar,” ungkapnya.(29/3)
Ia juga mengatakan kalau bangunan SDN Bojonggede 02 sudah ada sejak tahun 1980-an, bahkan sudah ada sejak dirinya masih duduk dibangu sekolah dasar (SD).
“Bangunan sekolah ini sudah ada cukup lama sejak 1980an kurang lebih, malah saat saya masih duduk dibangu SD. Dan luas bangunan sekolah ini kurang lebih 1.500 meter dengan 18 rombongan belajar (Rombel) dan ada 540 siswa totalnya,” katanya kepada PAKAR.
Dirinya juga menyampaikan bahwa pihaknya sering kali mengajukan relokasi bangunan sekolah, agar kegiatan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat berjalan maksimal tanpa adanya kendala.
“Kita sudah sering mang ajukan relokasi lahan melalui Musrenbang dan Reses tapi terkendal karena lahan. Tapi saya kesian dengan siswa disini, setiap hari harus dipaksa terbiasa mendengar kebisingan suara kereta api yang melintas,” ungkapnya.
Senada dikatakan salah satu guru kelas I SDN Bojonggede 02, Suroh bahwa yang ia takutkan adalah bangunan sekolah yang sewaktu waktu rawan ambruk karena imbas dari getaran kereta api yang melintas.
“Jujur yang saya takutkan itu bangunan sekolah yang tidak kuat menahan getaran dari kereta api yang melintas, takutnya tiba-tiba bangunan ini roboh. Yah memang selama ini bangunan sekolah masih kuat dan tidak terjadi apa-apa,” katanya.
Ia juga mengaku kalau proses belajar mengajar di SDN Bojonggede 02 sangat terganggu setiap kereta api yang melintas tersebut.
“Sangat jelas terganggu sekali, apa lagi pagi dan sore ketika orang berangkat dan pulang kerja itu setiap menit kereta api melintas dan sangat terganggu saat kita menjalankan proses belajar mengajar,” tandasnya. AGE