
PARUNG – Berawal dari niatan menjaga budaya silaturahmi dan rasa peduli antara warga terutama yang tertimpa musibah kematian, Toing Ariyanto Kepala Desa Waru Kecamatan Parung, membuat satu terobosan program sosial bernama Gerakan Silaturahmi dan Takjiah atau Gesit.
Toing sapaannya, menjelaskan bahwa program Gesit diawali rasa keprihatinan dirinya dan aparat Pemdes Waru karena berkurangnya intensitas pertemuan dengan warga akibat adanya larangan berkerumun dan atyran lain selama masa pandemi Covid-19.
“Termasuk saat ada warga yang meninggal dunia. Padahal rasa kepedulian warga sangat tinggi saat ada tetangga yang kena musibah. Begitupun kami aparatur Pemdes, tentu ingin datang bersama sama, tapi bisa jadi kerumunan,” papar Toing Ariyanto, Selasa (16/3/2021).
Satu sisi sebagai Kades, lanjut Toing, ia sangat ingin melakukan takjiah bersama warga, namun di sisi lain sebagai Ketua Satgas Covid Desa, dirinya harus mencontohkan pelaksanaan berbagai aturan PPKM pencegahan Covid-19 yang terus diperpanjang pemberlakuannya.
“Dengan program Gesit, maka kami atur jadwal silaturahmi dan waktu takjiah, sehingga tidak lagi terjadi kerumunan warga,” papar Kades yang sudah tiga periode menjabat ini.
Toing menambahkan, jika ada warga yang terkena musibah kematian, warga di wilayahnya langsung gotong royong membantu pemakaman dan melakukan doa bersama selama beberapa malam. Dengan program Gesit, maka pihak aparatur Pemdes Waru datang sore hari sekitar jam 16.00 WIB untuk takjiah dan doa bersama (tahlilan).
“Giat Gesit ini juga diikuti oleh BPD, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Ketua MUI, amil, para Kadus, Ketua RW dan RT serta tokoh masyarakat sekitar rumah duka. Alhamdulillah, program ini berjalan lancar. Jadi prokes terjaga, silaturahmi dan kepedulian sosial juga terawat,” pungkasnya. =FRI