Gelar IWCC Untuk Terwujudnya Ketahanan Pesisir

Tangkapan layar saat pelaksanaan IWCC, Kamis (7/10/2021). IST

BOGOR – Seameo Biotrop mengadakan Internasional Workshop in Climate Change (IWCC) dengan tema “Indonesia Sea as Global Climate Engine: Climate Change and Coastal Resilience” pada 7-8 Oktober 2021 secara daring dan luring.

Workshop ini diharapkan menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan dan peningkatan pemahaman publik tentang bagaimana pentingnya mewujudkan ketahanan pesisir serta meningkatkan interaksi antara pemerintah, universitas, praktisi dan mitra pembangunan untuk mengelola bencana pesisir menuju ketahanan pesisir.

Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University yang juga merupakan Dewan Pembina Seameo Biotrop dari Indonesia, Prof Arief Satria. Arief Satria dalam sambutan pembukaanya menyatakan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia adalah salah satu latar belakang akan kebutuhan terhadap konsep agro maritim sebagai fokus pembangunan.

Konsep agro maritime 4.0, menurut Arief, diperlukan untuk menjaga aset keanekaragaman hayati dari gunung ke laut yang kemungkinan rusak karena perubahan iklim. Ia berharap IWCC akan menjadi tempat untuk berbagi dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi terbaik untuk masalah keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh perubahan iklim di banyak negara di dunia.

Arief juga berharap lokakarya ini akan menghasilkan working paper untuk menyebarkan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati selama perubahan iklim.

Sementara Direktur Seameo Biotrop Dr. Zulhamsyah Imran dalam sambutannya menyampaikan bahwa Seameo Biotrop melakukan refocusing program dan area prioritas. Program unggulan refocusing yang terdiri dari restorasi dan konservasi ekosistem, keanekaragaman hayati penggunaan berkelanjutan, bioenergi, bioteknologi untuk mendukung ketahanan pangan, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim global, dalam integrasi dengan teknologi 4.0.

Hal ini, kata Zulhamsyah, merupakan tindakan nyata untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati untuk menanggapi ancaman perubahan iklim. Ia mengundang semua lembaga yang terlibat untuk berkolaborasi satu sama lain untuk bekerja sama dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati.

Kegiatan itu diikuti peneliti, praktisi, dosen, mahasiswa, guru SMA atau Sekolah Kejuruan dan masyarakat umum dari beberapa negara di Asia Tenggara baik sebagai peserta maupun narasumber. Empat orang pembicara dari Amerika Serikat dan satu dari Inggris juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Workshop internasional ini terbagi menjadi plenary speech, parallel, dan talkshow serta sebanyak 24 materi dipresentasikan dalam kegiatan itu. =ROY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.