CIBINONG – Ketua Umum Pamong Budaya Bogor hingga Mantan Bupati Bogor naik pitam setelah melihat logo Hari Jadi Bogor (HJB) ke 541 dibuat asal-asalan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.
Menurut mereka, Pemerintah Kabupaten Bogor saat ini miskin sekali pengetahuan terhadap sejarah dan budaya Bogor dimasa lalu. “Hari Jadi Bogor itu harus mengacu kepada makna-makna filosofi tentang apa yang terjadi dimasa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Tetapi disini terdapat simbol yang kita tidak dapat memahami maksud dan tujuannya seperti apa, kok ada tuntas, lalu ada harmonis, mungkin mereka ini beranggarapan kalau logo ini kekinian dan milineal,” kata Ketua Umum Pamong Budaya Bogor, Bambang Sumantri.
Bukan hanya itu ia juga menyebut kalau pembuatan logo yang diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor tersebut dibuat secara asal-asalan. “Menurut saya logo tahun ini tidak ada makna seni malah terlihat mundur dari tahun sebelumnya, dan logo ini adalah logo terburuk dalam sejarah. Karena dibuat secara asal-asalan yang tidak dikaji oleh Pemerintah itu sendiri, padahal kalau berbicara Hari Jadi Bogor itu sakral, memiliki nilai yang benar-benar dibanggakan bagi masyarakat Bogor tetapi logo ini seperti lelucon,” kesalnya.
Sementara itu Mantan Wakil Bupati Bogor, Karyawan Fatuhrahman mengatakan kalau Pemerintah Kabupaten Bogor saat ini sangat minim sekali atau sangat miskin terhadap pengetahuan sejarah, budaya Bogor di masa lalu.
Sebab, logo Hari Jadi Bogor (HJB) ke 541 yang diluncurkan oleh Pemkab Bogor menjadi lelucon. “Masalah Logo HJB ini membuat pemangku kebijakan sangat miskin pengetahuan kepada sejarah, malah era ini menjadi era kemunduran karena nilai sejarah budaya tidak ada, Artinya miskin, otaknya itu miskin tentang budaya,” katanya.
Menurutnya saat pembuatan logo Hari Jadi Bogor (HJB) seharusnya Pemerintah Kabupaten Bogor konsultasi kepada pedepokan, budayawan, ormas, lsm, yayasan bercimpung seni budaya. “Seharusnya dilihatkan semua dengan meminta pendapat, nah ini malah menjaring anak-anak osis, pelukis yang dibuat oleh anak-anak yang biasa mencoret-coret jalanan, tidak ada seninya. Karena untuk warna logo HJB 541 ini saja tidak mencerminkan kesejarahan,” ungkapnya.
Meskipun, Bupati tidak harus turun untuk mengawasi pembuatan logo HJB ini, tetapi Pemerintah Kabupaten Bogor juga harus mengkaji ulang apakah layak untuk digunakan ditahun 2023 ini. “Bupati mungkin tidak harus turun dan memang biasanya diberikan ke kepala dinas, tapi kepala dinas memberikan perintah lagi ke kepala bidang dan lalu ke kepala seksie. Kalau saja ada konsultasi, mungkin orang tua atau tokoh budayawan bisa menceritakan Bogor dimasa lalu dan pastinya memiliki nilai HJB yang bernilai dan menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Bogor,” pungkasnya. AGE