Berada di Atas Rudy, Elektabilitas Jaro Ade Dikalahkan Kekuatan Gerindra, Pentingkah Ego Politik?

Rudy Susmanto dan Jaro Ade, dua sosok potensial untuk Pilkada Kabupaten Bogor. (Dok.Pakar)

CIBINONG – Peta politik Pilkada Kabupaten Bogor semakin sempit usai kabar mengejutkan datang dari Partai Gerindra yang kini “menjodohkan” Rudy Susmanto dengan Jaro Ade.

Sebagai partai pemenang Pemilu, Gerindra kini seolah memiliki kuasa untuk memasang siapa pasangan calon untuk dimajukan dan didaftarkan ke KPU sebagai peserta Pilkada Kabupaten Bogor.

Rudy-Jaro Ade bahkan dikabarkan telah mendapatkan rekomendasi dari Gerindra untuk maju sebagai pasangan di Pilkada. B1KWK sebagai bukti sah dukungan pun telah diterima oleh Rudy Susmanto dari Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani.

Namun di sisi lain, perjodohan ini menimbulkan tanda tanya. Musabab, di beberapa lembaga survei, Jaro Ade kerap menempati urutan pertama jauh di atas Rudy Susmanto. Lantas pentingkah ego politik Jaro Ade?.

Menanggapi itu, Pengamat Politik Universitas Djuanda (Unida)
Gotfridus Goris Seran menyebut bahwa posisi Jaro Ade saat ini dikalahkan oleh kekuatan Gerindra.

Terlebih Golkar sebagai partainya Jaro Ade berada dalam lingkaran Koalisi Indonesia (KIM) yang memenangkan pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres.

“Dilihat dari elektabilitas, Jaro Ade lebih tinggi ketimbang Rudy Susmanto. Akan tetapi Jaro Ade terbentur pada dua hal, pertama Gerindra tampil sebagai kekuatan signifikan bila dilihat dari pemilu (legislatif dan presiden). Kedua, Golkar bagian dari KIM sehingga otoritas DPP kuat dalam menentukan calon yang maju dalam pilkada,” jelas Seran, Rabu 28 Agustus 2024.

Melihat survei LSI Denny JA beberapa waktu lalu, posisi Jaro Ade jauh di atas Rudy dengan raihan 45,2 persen sementara Rudy 2,3 persen.

Survei tersebut dilakukan dengan menggunakan metodologi random sampling dengan responden 440 responden. Dalam survei itu, posisi di bawah Jaro Ade ada Elly Rachmat Yasin 22,5 persen dan Iwan Setiawan 21,4 persen.

Kemudian pada survei Indikator Politik pada 9 hingga 14 Juli 2024, elektabilitas Jaro Ade mencapai 58 persen sedangkan Rudy hanya 4,8 persen.

Sementara posisi kedua ada Elly Rachmat Yasin dengan dengan elektabilitas 23,3 persen dan Iwan Setiawan 9,3 persen.

Pun dengan survei di LS Visi Nusantara atau Vinus. Posisi Jaro Ade berada paling tinggi dengan 56,56 persen dan Rudy 20,13 persen disusul calon dari PKS, Agus Salim dengan 10,06 persen.

Dari kondisi itu, Seran menilai Jaro Ade berada posisi yang sulit saat ini. Musabab, intervensi politik yang didapatkannya begitu kencang.

Pun jika Jaro Ade memaksakan kehendaknya untuk tetap maju menjadi calon Bupati. Menurut Seran, Jaro akan mengalami kehilangan kesempatan termasuk harus meninggal Golkar yang sudah “terkungkung” dalam KIM.

“Golkar sudah disetting untuk mendukung Gerindra. Dalam konteks ini, hanya tersedia dua pilihan bagi Jaro Ade. Pertama, jika ego politiknya tinggi tetap maju sebagai F1, maka Jaro Ade kehilangan Golkar untuk mengusungnya dalam Pilbup Bogor. Kedua, jika bersedia menjadi F2, maka Jaro Ade digandengkan dengan Rudy Susmanto sebagai F1,” jelas Seran.

Namun, Seran menilai ada harapan Jaro Ade untuk tetap maju sebagai calon Bupati jika ego politiknya terlampau besar. Sebab, dukungan
dari Nasdem dan PDIP masih bisa membawanya ke KPU.

“Jika pilihan pertama diambil Jaro Ade, kendati tidak diusung Golkar, sebetulnya terbuka peluang bagi Jaro Ade untuk diusung Nasdem dan PDIP. Nasdem kuat mendukung Jaro Ade, dan PDIP yang sudah menduetkan Jaro Ade-Kang Mus.
Dalam konteks ini, faktor elektabilitas figur Jaro Ade jadi kunci bagi Nasdem dan PDIP untuk tetap mengusungnya dalam pilkada Bogor,” tuturnya.

Tak hanya itu, Seran menyebut bahwa ketika ego politik Jaro Ade tetap besar, maka dia bisa memanfaatkan kekecewaan dari Elly Rachmat Yasin, sosok yang sebelumnya dikabarkan akan maju bersama Rudy Susmanto di Pilkada Kabupaten Bogor.

“Ada kemungkinan begitu (dimanfaatkan kekecewaan Elly Yasin oleh Jaro Ade). Faktor kekecewaan Elly ngedorong Jaro Ade untuk kembali berpasangan seperti di awal,” kata Seran.

Kekuatan pasangan Jaro-Elly itu akan lebih besar pengaruhnya ketimbang Rudy-Elly. Sebab, Jaro Ade ataupun Elly memiliki basis kekuatan yang cukup di setiap wilayah.

Meski begitu, kemungkinan itu bisa juga tidak terjadi jika DPP setiap partai tidak merestui pasangan Calon Jaro-Elly di Pilkada Kabupaten Bogor.

“Akan tetapi ini terpulang pada otoritas DPP yang memutuskan,” jelas dia.

Di sisi lain, Elly juga bisa bermanuver di akhir masa pendaftaran yang berakhir pada 29 Agustus 2024. Elly, kata Seran, bisa berpasangan dengan PKS yang memiliki suara yang kuat di setiap daerah.

Pasangan itu, menurutnya, bisa menghapuskan upaya kotak kosong yang akan terjadi di Kabupaten Bogor karena gemuknya koalisi Rudy-Jaro.

“Di sini muncul kekhawatiran akan kotak kosong dalam Pilkada. Akan tetapi kekhawatiran ini bisa ditampik dengan adanya manuver dari PKS untuk mengusung calonnya Agus Salim, sebagaimana diungkap Dedi Aroza. Ada kemungkinan batalnya duet Elly dengan Rudy karena ada penolakan dari internal DPP Gerindra, sebagaimana dinyatakan Mulyadi (DPR RI dari Gerindra),” pungkas Seran. =MAM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.