
CIBINONG – Kementerian Pertanian (Kementan) RI, menargetkan 2,5 juta penduduk muda menjadi petani milenial di Indonesia pada tahun 2024.
Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo menilai,
petani milenial merupakan generasi yang akan membawa perubahan pada sektor pertanian. Sebab, di tangan anak muda ini, petani akan lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan bisnis pertanian.
“Perannya tidak hanya di level hulu namun hingga ke hilir. Di mulai dari kegiatan penanaman, pascapanen, packaging, hilirisasi produk, hingga pemasaran dan perdagangan,” kata Syahrul, Minggu (8/8/2021).
Untuk mencapai itu, pemerintah menyediakan fasilitas Kreditur Usaha Rakyat (KUR). Syahrul menyebut tahun ini perintah menyiapkan anggaran sebesar Rp70 triliun pada KUR tersebut dengan bunga 6 persen per tahunnya.
“Fsilitas pembiayaan itu dapat memudahkan petani untuk mengembangkan skala usahanya. Karena menjadi petani adalah pilihan yang baik,” jelas Syahrul.
Sementara di Kabupaten Bogor, pemerintah daerah berupaya mencetak
150 petani milenial tahun ini. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan perkonomian daerah yang berdaya saing dan berkelanjutan di sektor pertanian.
Bupati Ade Yasin mengatakan, sektor pertanian menjadi salah satu andalan yang ada di Kabupaten Bogor. Sehingga, generasi penerus harus tetap ada.
“Kita sudah lakukan upaya tersebut, salah satunya dengan pengembangan pos penyuluh pedesaan. Kita harapkan bermunculan petani milenial,” kata Ade Yasin.
Sejauh ini, Pemkab Bogor melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor mencatat, ada sebanyak 18 kelompok tani yang tergolong sebagai petani milenial.
Dia berharap jumlahnya terus bertambah, dengan target melahirkan petani milenial sebanyak 300 orang pada tahun 2022 dan 450 orang pada 2023.
Disamping itu, untuk memberikan jaminan kepada para petani, Pemkab Bogor mengalokasikan anggaran sekitar Rp900 juta untuk program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) tahun 2021.
Ade Yasin mengatakan, kartu asuransi tani merupakan program sinergi antara Pemkab Bogor dengan Kementerian Pertanian.
“Ada sekitar 25.000 hektar sawah yang akan digarap dengan anggaran Rp900 juta ditahun ini,” ungkapnya.
Manfaat asuransi tani tersebut adalah memberikan perlindungan kepada petani jika terjadi bencana kekeringan. Sehingga ketika gagal panen, para petani dapat melakukan klaim untuk mendapatkan dana pengganti.
Dari catatan yang ada, hingga akhir tahun 2020 di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 245 kelompok tani yang mendapatkan program asuransi usaha tani padi dengan total luas lahan 2.020 hektar.
Kata Ade Yasin, Pemkab Bogor menargetkan tahun ini bisa menjalankan program serupa terhadap 5.000 hektar lahan pertanian padi. Target dengan angka yang sama juga dia terapkan di tahun 2022 dan tahun 2023.
Menurutnya, selama tahun 2020 petani di 40 kecamatan Kabupaten Bogor mampu memproduksi padi sebanyak 477.255 ton. Produksi padi tersebut dipanen dari 37.658 hektar lahan dari total 174.369 hektar lahan pertanian di Kabupaten Bogor.
“Dasar pelaksanaannya melalui Perbup nomo 30 tahun 2019 tentang tata cara pemberian bantuan premi asuransi usaha tani padi oleh pemerintah Kabupaten Bogor,” jelas Ade Yasin.
Sementara, itu, Sekretaris Umum Himpunan Peternak dan Petani Milenial Indonesia (HPPMI), Saeful Ramadhan menyambut baik rencana dari Pemkab Bogor dalam menarik minat bertani para kaum milenial.
Menurutnya, hal tersebut membuka harapan jika petani milenial ke depan tidak hanya bertani, tetapi juga melek akan teknologi.
“Karena milenial itu mestinya sudah adaptif terhadap teknologi kekinian. Maka petani milenial akan bisa mendorong sektor pertanian lebih baik lagi, karena ditambah pengetahuan teknologi yang baik dari para milenial,” tutur Saeful.=MAM